Senin, 11 April 2011

PERILAKU KONSUMEN


1. 1.  Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah semua tindakan, kegiatan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal diatas atau kegiatan mengevaluasi (Sumarwan, 2002).
Perilaku konsumen adalah study mengenai individu, kelompok atau organisasi dan proses-proses yang dilakukan dalam memilih, menentukan, mendapatkan, menggunakan, dan menghentikan pemakaian produk, jasa, pengalaman, atau ide untuk memuaskan kebutuhan, serta dampak proses-proses tersebut terhadap konsumen dan masyarakat (Hawkins, Best & Coney dalam Tjiptono, 2004).
Secara skematis, dimensi perilaku konsumen meliputi tiga aspek utama, yakni:
a.       Tipe pelanggan, terdiri atas:
·         Konsumen akhir atau konsumen rumah tangga, yaitu konsumen yang melakukan pembelian untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, atau keperluan hadiah bagi teman maupun saudara, tanpa bermaksud untuk memperjualbelikannya. Dengan kata lain, pembelian dilakukan semata-mata untuk keperluan sendiri.
·         Konsumen bisnis (disebut pula konsumen organisasional, konsumen industrial, atau konsumen antara) adalah jenis konsumen yang melakukan pembelian untuk keperluan pemrosesan lebih lanjut, kemudian dijual (produsen); disewakan kepada pihak lain (pedagang); digunakan untuk keperluan sosial dan kepentingan publik (pasar pemerintah dan organisasi). Dengan demikian, tipe konsumen ini meliputi organisasi bisnis maupun organisasi nirlaba (seperti rumah sakit, sekolah, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan sebagainya).
b.      Peranan konsumen, meliputi hal-hal sebagai berikut:
·         User adalah orang yang benar-benar (secara aktual) mengonsumsi atau menggunakan produk atau mendapatkan manfaat dari produk atau jasa yang dibeli.
·         Payer adalah orang yang mendanai atau membiayai pembelian.
·         Buyer adalah orang yang berpartisipasi dalam pengadaan produk dari pasar.
Masing-masing peranan diatas bisa dilakukan oleh satu orang, bisa pula oleh individu yang berbeda. Jadi, seseorang bisa menjadi user sekaligus payer dan bayer. Semua itu tergantung kepada konteks atau situasi pembelian.
c.       Perilaku pelanggan, terdiri atas:
·         Aktifitas mental, seperti menilai kesesuaian produk, menilai kualitas produk berdasarkan informasi yang diperoleh dari iklan, dan mengevaluasi pengalaman aktual dari konsumsi produk atau jasa.
·         Aktifitas fisik, meliputi mengunjungi toko, membaca panduan konsumen atau katalog, berinteraksi dengan wiraniaga, dan memesan produk.
Pemahaman atas proses aktifitas mental dan fisik pelangan ini mengarah pada pengisentifikasian pihak mana saja yang terlibat dalam proses tersebut, siapa saja yang memainkan peran yang ada (user, payer dan bayer), mengapa proses-proses tertentu bisa terjadi, karakteristik konsumen seperti apa yang menentukan perilaku mereka, dan faktor lingkungan apa yang mempengaruhi peroses perilaku pelanggan (Tjiptono, 2004).
1. 2.  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
a.       Faktor internal
·         Kebutuhan dan motifasi
Kebutuhan merupakan esensi dari konsep pemasaran modern. Maslow mengatakan bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar yang beringkat-tingkat dimana kebutuhan fisik (makan, minum, dan sebagainya) terlebih dahulu dari kebutuhan lainnya. Sedangkan motifasi merupakan keadaan aktif didalam seseorang yang mengarahkannya kepada perilaku pencapaian tujuan.
·         Keperibadian
Keperibadian adalah esensi yang mencerminkan perbedaan individu. Suatu ciri keperibadian tidak bisa dimiliki bersama-sama oleh semua konsumen.
·         Psikografik
Psikografik atau analisis gaya hidup merupakan suatu bentuk riset konsumen yang memberikan profil yang jelas dan praktis mengenai segmen-segmen konsumen, tentang aspek-aspek keperibadian yang penting, motif belinya, minatnya, sikapnya, keyakinannya, dan nilai-nilai yang dianutnya, atau bisa diartikan sebagai kajian apa yang membentuk seorang konsumen secara psikologis.
·         Persepsi
Menurut solomon dalam prasetijo dan ihalauw persepsi merupakan proses dimana sensasi yang diterima oleh seseorang dipilah dan dipilih, kemudian diatur dan kemudian diinterpretasikan. Sensasi datang dan diterima oleh manusia melalui panca indra. Umumnya persepsi seseorang akan berbeda dari yang lainnya.
·         Pembelajaran
Pembelajaran konsumen terjadi secara terus menerus, berlangsung dan berubah sebagai akibat dari pengetahuan yang diperoleh (dengan membaca, diskusi, observasi, atau berpikir) atau dari pengalaman yang sebenarnya.
·         Sikap
Sikap merupakan predisposisi yang dipelajari dalam merespons secara konsisten suatu obyek dalam bentuk suka atau tidak suka. Sikap masih merupakan bagian dari prilaku yang belum terwujud.
b.      Faktor eksternal
·         Keluarga
Keluarga sering juga disebut unit terkecil dalam suatu masyarakat atau unit rumah tangga. Sebenarnya, unit rumah tangga belum tentu merupakan keluarga dalam arti ada hubungan darah, perkawinan ataupun adopsi.
·         Kelas sosial
Kenyataan akan adanya kelas sosial merupakan suatu yang seringkali tidak membuat orang merasa nyaman. Hal ini disebabkan oleh adanya penggolongan kelas atas dan kelas bawah.
·         Budaya
Budaya merupakan pengaruh eksternal yang cukup penting terhadap perilaku konsumen. Budaya meliputi pengamatan yang menyeluruh terhadap sifat-sifat masyarakat secara utuh termasuk bahasa, pengetahuan, hukum, agama, kebiasaan makan, kesenian, produk, atau hal-hal lain yang menunjukan sesuatu yang khas tentang masyarakat yang bersangkutan.
·         Kelompok acuan
Menurut solomon dalam prasetijo dan ihalauw, kelompok acuan adalah individu atau sekelompok orang yang dianggap memiliki relevansi yang signifikan pada seseorang dalam hal mengevaluasai, memberikan aspirasi, atau dalam berprilaku.

·         Komunikasi pemasaran
Komunikasi pemasaran berusaha untuk mentransmisikan pesan pemasaran dari produsen kepada konsumen sasarannya dengan menggunakan bentuk signal yang dikirim melalui media yang memiliki akses ke konsumen sasaran itu. Komunikasi pemasaran ini selalu diusahakan secara efektif sampai diterima konsumen, sehingga dapat mempengaruhi perilakunya (Prasetijo dan Ihalauw, 2004).

1. 3.  Keputusan Pembelian
Proses keputusan konsumen bisa diklasifikasikan secara garis besar kedalam tiga tahap utama, yakni pra-pembelian, konsumsi, dan evaluasi purnabeli. Tahap pra-pembelian mencakup semua aktifitas konsumen yang terjadi sebelum terjadinya transaksi pembelian dan pemakaian jasa. Tahap pra-pembelian meliputi tiga proses, yakni identifikasi kebutuhan, pencarian informasi, dan evaluasi alternatif. Tahap konsumsi merupakan tahap proses keputusan konsumen, dimana konsumen membeli dan menggunakan produk atau jasa. Sedangkan tahap evaluasi purnabeli merupakan tahap proses pembuatan keputusan konsumen sewaktu konsumen menentukan apakah ia telah membuat keputusan pembelian yang tepat atau tidak (Tjiptono, 2004).
a.       Identifikasi kebutuhan
Identifikasi kebutuhan muncul ketika konsumen menghasilkan suatu masalah, yaitu suatu keadaan dimana terdapat perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi (Sumarwan, 2002).
b.      Pencarian informasi
Pencarian informasi mulai dilakukan ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi produk suatu produk. Konsumen akan mencari informasi yang tersimpan di dalam ingatannya (pencarian internal) dan mencari informasi dari luar atau pencarian eksternal (Sumarwan, 2002).
c.       Evaluasi alternatif
Evaluasi alternatif adalah proses mengevaluasi pilihan produk dan merek, dan memilihnya sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Pada proses evaluasi alternatif , konsumen membandingkan berbagai pilihan yang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya (Sumarwan, 2002).
d.      Pembelian dan konsumsi
Jika konsumen telah menentukan alternatif yang akan dipilih dan mungkin pengantinya jika diperlukan, maka ia akan melakukan pembelian. Pembelian meliputi keputusan konsumen mengenai apa yang dibeli, apakah membeli atau tidak, kapan membeli, dan sebagainya. Yang harus diperhatikan disini adalah keinginan yang sudah bulat untuk membeli suatu produk seringkali harus dibatalkan karena beberapa alasan, yaitu: motifasi yang berubah, situasi yang berubah, produk yang akan dibeli tidak tersedia.
Setelah konsumen membeli atau memperoleh produk atau jasa, biasanya akan diikuti oleh proses konsumsi atau penggunaan (Sumarwan, 2002).
e.       Evaluasi pasca konsumsi
Dalam suatu proses keputusan, konsumen tidak akan berhanti hanya sampai proses konsumsi. Konsumen akan melakukan proses evaluai terhadap konsumsi yang telah dilakukan yang disebut evaluasi setelah pembelian. Proses evaluasi pasca konsumsi konsumen puas atau tidak puas terhadap konsumsi produk atau jasa yang dikonsumsinya.
Kepuasan akan mendorong konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi ulang produk tersebut. Sebaliknya perasaan tidak puas akan menyebabkan konsumen kecewa dan menghentikan pembelian kembali dan konsumsi produk tersebut (Sumarwan, 2002).

RUJUKAN KESEHATAN


a.       Pengertian Rujukan
Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan wewenang atau tanggung jawab timbal balik, terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal dalam arti dari unit yang terkecil atau berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horisontal atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.
b.      Jenis Rujukan
Rujukan secara konseptual terdiri atas:
·         Rujukan upaya kesehatan perorangan yang pada dasarnya menyangkut masalah medik perorangan yang antara lain meliputi:
1.      Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operasional dan lain-lain.
2.      Rujukan bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium klinik yang lebih lengkap.
3.      Rujukan ilmu pengetahuan antara lain dengan mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan tindakan, memberi pelayanan, ahli pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan kualitas pelayanan.
·         Rujukan upaya kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang meluas meliputi:
1.       Rujukan sarana berupa antara lain bantuan laboratorium dan teknologi kesehatan.
2.       Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyidikan sebab dan asal usul penyakit atau kejadian luar biasa suatu penyakit serta penanggulangannya pada bencana alam, gangguan kamtibmas, dan lain-lain.
3.       Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan pada saat terjadi bencana, pemeriksaan bahan (spesimen) bila terjadi keracunan masal, pemeriksaan air minum penduduk, dan sebagainya.
c.       Jenjang Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan tingkat pelayanan kesehatan maka jenjang pelayanan kesehatan dibedakan atas lima, yaitu:
1.       Tingkat rumah tangga
Pelayanan kesehatan oleh individu atau oleh keluarga sendiri.
2.       Tingkat masyarakat
Kegiatan swadaya masyarakat dalam menolong mereka sendiri, misalnya: posyandu, polindes, POD, saka bakti husada, dan lain-lain.
  1. Fasilitas pelayanan tingkat pertama
Upaya kesehatan tingkat pertama yang dilakukan puskesmas dan unit fungsional dibawahnya, praktek dokter swasta, bidan swasta,  dokter keluarga dan lain-lain.
  1. Fasilitas pelayanan tingkat kedua
Upaya kesehatan tingkat kedua (rujukan spesial) oleh balai: balai pengobatan penyakit paru (BP4), balai kesehatan mata masyarakat (BKMM), balai kesehatan kerja masyarakat (BKKM), balai kesehatan olah raga masyarakat (BKOM), sentra pengembangan dan penerapan pengobatan tradisional (SP3T), rumah sakit kabupaten atau kota, rumah sakit swasta, klinik swasta, dinas kesehatan kabupaten atau kota, dan lain-lain.
  1. Fasilitas pelayanan tingkat ketiga
Upaya kesehatan tingkat ketiga (rujukan spesialis lanjutan atau konsultan) oleh rumah sakit provinsi atau pusat atau pendidikan, dinas kesehatan provinsi dan departemen kesehatan.
d.      Jalur Rujukan
Jalur rujukan terdiri dari dua jalur, yakni:
  • Rujukan upaya kesehatan perorangan
1.      Antara masyarakat dengan puskesmas
2.      Antara puskesmas pembantu atau bidan di desa dengan puskesmas
3.      Intern petugas puskesmas atau puskesmas rawat inap
4.      Antar puskesmas atau puskesmas dengan rumah sakit atau fasilitas pelayanan lainnya.
  • Rujukan upaya kesehatan masyarakat
1.      Dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten atau kota
2.      Dari puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik intrasektoral maupun lintas sektoral
3.      Bila rujukan ditingkat kabupaten atau kota masih belum mampu mananggulangi, bisa diteruskan ke provinsi atau pusat (Trihono, 2005).

Jumat, 08 April 2011

DAMPAK PEMBANGUNAN TERHADAP KESEHATAN


A. PENGANTAR
            Winslow mengartikan Kesehatan Masyarakat sebagai ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang umur dan meningkatkan kesehatan dan efisiensi melalui upaya pengorganisasian dan pendayagunaan masyarakat. Kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator kualitas hidup manusia yang sangat dipengaruhi kondisi lingkungan yang ada disuatu wilayah. Kemajuan suatu bangsa tidak hanya diukur dari sudut kekuatan milter, pertumbuhan ekonomi yang baik, atau perkotaan dengan bangunan yang mewah tetapi akan diukur dari kesejahteraan masyarakat dalam wujud kualitas manusia. Menurut UNICEF (1993) ukuran kesejahteraan suatu masyarakat dalam wujud kualitas manusia, antara lain meliputi :
1.       Tingkat Kesehatan, Gizi Dan Pendidikan;
2.       Tingkat Memperoleh Pendapatan Secara Adil;
3.       Tingkat Kemampuan Untuk Berperan Secara Aktif Dalam Pembuatan Keputusan Yang Berdampak Pada Kehidupannya;
4.       Tingkat Pengakuan Atas Hak Sipil Dan Kebebasan Berpolitik;
5.       Tingkat Kepedulian Kepada Golongan Yang Lemah.
6.       Tingkat Perlindungan Bagi Pertumbuhan Anak-Anak.
Keenam faktor tersebut pada hakikatnya perannya sangat ditentukan oleh kualitas lingkungan hidup. Dengan demikian, masalah kualitas lingkungan hidup tidak dapat dipisahkan dalam proses pembangunan suatu bangsa.
Saat ini kebanyakan di negara berkembang telah terjadi perubahan besar pada kualitas lingkungan hidup. Masalah ini dapat diatasi dengan meningkatkan kemampuan ekonomi, disertai dengan  meningkatkan kapasitas sumber daya manusia atau dengan kata lain masalah lingkungan di negara sedang berkembang hanya dapat diatasi dengan pembangunan.  Yang menjadi masalah adalah bentuk pembangunan yang bagaimana yang tidak mengakibatkan rusaknya lingkungan?. Untuk mengatasi masalah ini maka pembangunan yang dicanangkan haruslah pembangunan dengan konsep bijaksana yang dengan tujuan meningkatkan kualitas lingkungan. Konsep pembangunan yang bijaksana tersebut harus berkelanjutan yang di Indonesia dikenal dengan konsep Pembangunan Berwawasan Lingkungan (PBL)
Kegiatan pembangunan pada dasarnya bertujuan meningkatkan taraf kesejahtaraan masyarakat (sehat, cerdas, aktif). Kegiatan pembangunan selain berdampak positif bagi masyakat juga berdampak negatif. Dampak tersebut ada yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Sebagai contoh dampak tidak langsung adalah peningkatan penyakit akibat perubahan pola konsumsi pangan masyarakat sebagai konsekuensi  peningkatan taraf ekonomi yang tidak disertai dengan pengetahuan tentang gizi dan kebutuhan gizi; perubahan kualitas udara dapat menjadi pemicu meningkatnya kasus infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). 

B. FAKTOR YANG MENENTUKAN STATUS KESEHATAN MASYARAKAT
            Sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa, masalah kesehatan lingkungan di Indonesia menjadi sangat kompleks terutama di kota-kota besar. Hal ini disebabkan, antara lain :
1.       Urbanisasi Penduduk
Terjadinya urbanisasi desebabkan oleh di Indonesia disebabkan oleh lahan pertanian yang semakin berkurang dan terbatasnya lapangan pekerjaan di pedesaan. Penduduk berbondong-bondong ke kota mencari pekerjaan sebagai pekerja seperti pembantu rumah tangga, kuli bangunan dan pelabuhan, pemulung, pengemis dan pengamen jalanan yang membawa dampak sosial dan kesehatan lingkungan seperti munculnya pemukiman kumuh dimana-mana.
2.       Tempat Pembuangan Sampah
Hampir disemua tempat di Indonesia sistem pembuangan sampah dilakukan secara dumping tanpa pengolahan lebih lanjut. Sistem pembuangan ini selain memerlukan lahan yang luas juga menyebabkan pencemaran udara, tanah dan air, selain itu lokasi pembuangan akan menjadi tempat yang baik untuk perkembangan agent dan vektor penyakit.
3.       Penyediaan Sarana Air Bersih.
Berdasarkan survei yang dilakukan hanya 60% penduduk di Indonesia yang memperoleh air bersih dari PDAM, terutama untuk penduduk perkotaan  selebihnya mempergunakan  air sumur dan sumber lainnya.
4.       Pencemaran Udara

Tingkat pencemaran udara di Indonesia sudah melebihi nilai ambang batas normal terutama di kota-kota besar akibat gas buangan kendaraan bermotor. Selain itu hampir setiap asap tebal meliputi wilayah nusantara bahkan sampai ke negara tetangga akibat pembakaran hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan. Enam dari 15 kota yang paling terpolusi di dunia terdapat di Asia. Posisi yang paling tinggi adalah 1.Katmandu, Nepal, 2. New Dehli, India, 3. Jakarta, Indonesia bersama dengan Chongqing, China, 4. Calcutta, India. Sepertiga dari pencamaran karbondioksida di dunia dikeluarkan di daerah ini.

5.       Pembuangan Limbah Industri Dan Rumah Tangga
Hampir semua limbah cair yang berasal industri dan rumah tangga  dibuang langsung dan bercampur menjadi satu ke badan sungai atau laut, ditambah lagi dengan kebiasaan penduduk melakukan kegiatan MCK di bantaran sungai. Akibatnya kualitas air sungai menurun dan apabila digunakan untuk air baku memerlukan biaya yang tinggi.
6.       Bencana Alam/Pengungsian
Gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, atau banjir yang sering terjadi di Indonesia mengakibatkan penduduk mengungsi yang tentunya menambah banyak permasalahan kesehatan lingkungan.
7.       Perencanaan Tata Kota Dan Kebijakan Pemerintah
Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah seringkali menimbulkan masalah baru bagi kesehatan lingkungan. Contoh pemberian izin tempat pemukiman, gedung atau tempat industri baru tanpa didahului dengan studi kelayakan lingkungan yang menyebab terjadinya banjir, pencemaran udara, air dan tanah serta masalah sosial lainnya.
Status kesehatan msayarakat sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hendrik L. Blum  menjelaskan bahwa status kesehatan masyarakat sangat bergantung pada 4 komponen besar yakni lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan  dan genetik (keturunan). Dalam konteks ekosistem manusia sebagai salah satu komponen lingkungan memiliki hubungan timbal balik dan saling ketergantungan dengan lingkungan. Pada satu sisi lingkungan merupakan penyedia hampir seluruh kebutuhan manusia dan sebaliknya dan lingkungan sangat dipengaruhi keadaannya oleh aktifitas manusia dalam mempertahankan kelangsungan kehidupannya. Pengelolaan lingkungan yang kurang bijaksana akan lebih mengarah kepada eksploitasi sumber daya alam dan pengrusakan lingkungan.  Penurunan kualitas lingkungan yang terjadi pada akhirnya mempunyai konsekwensi negatif pada penurunan derajat kesehatan masyarakat.
            Derajat kesehatan masyarakat tidak hanya ditentukan oleh angka kesakitan karena infeksi tetapi juga akibat kontaminasi  zat-zat tertentu yang dapat mengganggu kesehatan, baik yang bersifat toksik maupun tidak. Keberhasilan pembangunan dalam meningkatkan pendapatan memiliki hubungan searah dengan meningkatnya kasus-kasus penyakit seperti penyakit jantung, obesitas, diabetes, penyempitan pembuluh darah. Kondisi ini pada akhirnya dapat menekan angka harapan hidup.
            Lingkungan mempengaruhi hidup manusia diantaranya melalui berbagai faktor ekologi yang merupakan penopang kehidupan manusia di bumi. Rusaknya proses ekologi akan membahayakan kehidupan di bumi kita. Faktor-faktor ekologi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
É       Efek rumah kaca.
Kenaikan suhu bumi yang disebabkan terserapnya gelombang infra-merah oleh gas-gas rumah kaca. Efek rumah kaca berperan dalam mejaga suhu lingkungan yang seimbang bagi makhluk hidup. Gas rumah kaca terpenting adalah CO2 yang berasal dari pernafasan, pembakaran dan pembusukan bahan organik.
É       Fotosintesis
Fotosintesis merupakan proses esensial untuk menjaga kelangsungan kehidupan dibumi. Dari proses fotosintesis inilah energi matahari dirubah menjadi energi kimia yang terkandung di dalam bahan organik tumbuhan. Energi inilah yang dipakai oleh makhluk hidup lainnya yang tidak dapat berfotosintesis, antara lain : manusia, hewan dan jasad renik. Selain sebagai penghasil energi fotosintesis berperan dalam terbentuknya rosot karbon dan menghasilkan gas oksigen (O2). Mengingat pentingnya fotosintesis maka kita harus menjaga agar dalam proses pembangunan tetap cukup terdapat tumbuhan hijau (hutan, semak belukar dan padang rumput).
É       Penambatan nitrogen
Nitrogen merupakan unsur yang esensial untuk kehidupan makhluk hidup. Udara kira-kira mengandung 80% nitrogen. Penambat nitrogen berupa bakteri (Asobacter, rhizobium) dan ganggang hijau (Anabaena, Azolla). Penambatan nitrogen berperan dalam menjaga kesuburan tanah dan perairan. Tanpa makhluk hidup penambat nitrogen udara, maka hutan dan padang rumput akan merana bahkan mati. Oleh karena itu kemampuan lingkungan untuk menambat nitrogen harus kita jaga dan pelihara.
É       Pengendalian populasi
Pengendalian populasi berperan dalam menjaga kesimbangan antara pemangsa dan mangsa. Pengendalian hama terpadu banyak dilakukan dibidang pertanian dan telah membawa keuntungan. Di Indoneisa pengendalian hama terpadu telah menurunkan penggunaan pestisida sebanyak 63% dan biaya produksi sebesar 52%. Selain keuntungan petani diperbesar keuntungan lainnya adalah menurunya pencemaran oleh pestisida. 
É       Penyerbukan
Penyerbukan berperan dalam proses pembuahan pada tanaman. Agar bunga menjadi buah diperlukan penyerbukan. Bahan makanan manusia banyak sekali merupakan hasil penyerbukan, antara lain, jagung, padi, kelapa, tomat dan mangga. Karena itu penyerbukan sangat penting. Penyerbukan ada yang oleh angin, adapula oleh bantuan serangga, burung dan hewan lainnya. Kekurangan populasi hewan tersebut akan mempengaruhi produksi banyak tumbuhan. Oleh karena itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dan pencemaran udara akan mempunyai efek demikian.
É       Kemampuan memperbaharui diri
Sumber daya ada yang dapat diperbaharui dan ada yang tidak dapat diperbaharui. Kemampuan memperbaharui ini pula tidak mutlak/ ada batasnya, apabila kemampuan itu dilampaui maka sumber daya terbaharui menjadi tidak terbaharui. Sebagai contoh air. Apabila beban pencemaran melampaui kemampuan perairan memperbaharui diri maka kualitas air akan menurun dan  tidak dapat digunakan lagi untuk digunankan sebagai air minum. Pencemaran yang tidak dapat diuraikan lagi oleh jasad renik menyebabkan air tidak dapat dimurnikan lagi secara alamiah. Contoh lain adalah ekploitasi sumber daya ikan yang tidak bijaksana seperti penangkapan yang serempangan, penangkapan dengan bahan peledak, dan racun hama. Tindakan tersebut selain kuantitas dan kualitas produksi menurun juga akan menjadikan sumber daya ikan tidak terbaharui. Semua ini perlu kita hindari agar sumberdaya yang terbaharui tetap dapat terjaga mempunyai sifat terbaharui.
É       Fungsi hidro-orologi
Hutan dan bentuk vegetasi lainnya mempunyai peranan yang sangat penting hidro-orologi. Hutan sangat berperan penyerapan dan penguapan air. Selain menyebabkan penguapan keberadaan hutan menyebabkan peresapan air juga tinggi sehingga ketersedian air setelah musim hujan juga tinggi serta distribusi air sepanjang tahun menjadi lebih baik. Sehingga banjir, kekurangan air dalam musim kemarau dikurangi, dan erosi berkurang. Fungsi hidro-urologi hutan dan vegetasi lainnya harus kita perhatikan . kerusakan fungsi ini akan banyak merusak hasil pembangunan yang telah dicapai dan membahayakan pembangunan berkelanjutan.
Variasi perubahan pada faktor-faktor ekologi tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi kesehatan manusia. Hal lain yang berpengaruh adalah hubungan timbal balik antara organisme (parasitisme, muatualisme dan komensalis. Selain  itu, faktor prilaku manusia dan lingkungan saling mempengaruhi  sehingga mengakibatkan perubahan tatanan suatu ekosistem akibat ulah manusia maupun sebaliknya perubahan pada manusia akibat kondisi lingkungan.

C. PERMASALAHAN KESEHATAN DI INDONESIA.
              Infeksi penyakit dan kecukupan konsumsi pangan dan gizi serta interaksi diantara keduanya merupakan dua komponen yang pada dasarnya mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Dalam aktivitas hidupnya manusia selalu berusaha memenuhi 2 hal yakni Need (kebutuhan) dan Demand (keinginan). Menurut Abraham Maslow menyatakan kebutuhan manusia terdiri dari :
1.       Kebutuhan Fisiologis
2.       Kebutuhan Akan Keselamatan
3.       Kebutuhan Akan Rasa Memiliki Dan Rasa Cinta
4.       Kebutuhan Akan Harga Diri
5.       Kebutuhan Akan Perwujudan Diri.
Keinginan manusia yang bersifat tidak terbatas seringkali memunculkan berbagai macam perilaku manusia yang sesungguhnya kurang bakhan tidak menguntungkan. Beberapa diantaranya adalah kesenangan terhadap menu mewah dan kesenangan menguras kekayaan alam untuk menumpuk kekayaan.
            Ketidak seimbangan antara kebutuhan dan keinginan yang lebih mengarah kepada kesenangan selain mempengaruhi  derajat kesehatan manusia itu sendiri, juga mempengaruhi tatanan ekosistem yang ada. Hubungan saling mempengaruhi yang kuat antara manusia dan lingkungan dimana manusia sebagai pengelola lingkungan yang memiliki akal dan pengetahuan  ternyata banyak mendominasi sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan tatanan eksosistem disana-sini. Sebaliknya disadari atau tidak ternyata lingkungan juga telah mengadakan sejumlah reaksi yang mempengaruhi kesehatan manusia itu sendiri.
            Terdapat perbedaan antara masalah kesehatan yang dialami oleh kelompok masyarakat didaerah yang belum berkembang  yang diricirikan oleh kurangnya aktifitas pembangunan dan memiliki tingkat kesejahteraan yang rendah dengan kelompok masyarakat yang tinggal di daerah maju dengan tarah kesejahteraan yang tinggi. Pada masyarakat pertama umumnya kasus infeksi banyak terjadi karena masalah lingkungan fisik dan biologi yang tidak tertata dengan baik, serta masalah kurangnya gizi yang menjadi pemicu munculnya penyakit infeksi penyakit akibat rendahnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit serta akses untuk memperoleh pelayanan kesehatah rendah.
            Penyakit-penyakit yang menjadi masalah di Indonesia adalah : Penyakit ISPA, Malaria, diare, TBC, demam berdarah, polio, tetanus dan campak. Penyakit-penyakit yang mulai banyak dijumpai di kota-kota besar akibat lajunya pembangunan dan ketidak seimbangan kebutuhan dan kesenangan  adalah kanker usus, penyakit jantung, diabetes, penyakit gigi dan gusi, kelainan mental,dll. Suatu artikel dari Sari Setiologi (The Jakarta Post, 2. Sept.2003). Seorang ahli mengatakan, penyakit pernapasan menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia, dari nomor tiga pada tahun 1997 dan nomor enam pada tahun 1993. Pulmologist Ida Bernida mengatakan pada hari Kamis bahwa polusi udara menjadi lebih buruk pada sepuluh tahun terakhir,  membuat  penyakit pernapasan bertambah parah, termasuk tuberculosis (TBC) astma, kanker paru-paru, chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan pneumonia. Dia mengatakan penyakit cadiovascular dan kanker berturut-turut menjadi pembunuh nomor dua dan nomor tiga.
Menurut penelitian Jakarta Urban Development Project, konsentrasi timbal di Jakarta akan mencapai 1,7-3,5 mikrogram/meter kubik (ìg/m3) pada tahun 2000. Menurut Bapedalda Bandung, konsentrasi hidrokarbon mencapai 4,57 ppm (Baku Mutu PP 41/1999: 0,24 ppm), NOx mencapai 0,076 ppm (baku mutu: 0,05 ppm), dan debu mencapai 172 mg/m3 (baku mutu: 150 mg/m3).Sebagai contoh Selain faktor-faktor tersebut menentukan derajat kesehatan, maka indikator umur harapan hidup, angka kematian bayi dan balita serta angka kematian Ibu melahirkan.