Jumat, 08 April 2011

AIDS ( Acquired Immune Deficiency Syndrome ) di NTT

A.     PENGERTIAN
AIDS ( Acquired Immune Deficiency Syndrome ) merupakan penyakit yang diidap seseorang akibat terinfeksi suatu virus yang bernama HIV. Dalam bahasa Indonesia Acquired Immune Deficiency Syndrome diartikan sebagai sindrom cacat kekebalan tubuh dapatan. Ini berarti bahwa AIDS bukan penyakit keturunan tetapi cacat karena sistem kekebalan tubuh rusak setelah seseorang terifeksi HIV.
Perdebatan seputar asal-usul AIDS telah sangat menarik perhatian dan sengketa sejak awal epidemi. Namun, bahaya mencoba mengenali dari mana AIDS berasal. Orang-orang dapat menggunakan nya sebagai bahan perdebatan untuk menyalahkan kelompok tertentu atau gaya hidup.
Kasus AIDS pertama ditemukan di AS pada tanggal 5 Juni 1981, ketika Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat mencatat adanya Pneumonia pneumosistis (sekarang masih diklasifikasikan sebagai PCP tetapi diketahui disebabkan oleh Pneumocystis jirovecii) pada lima laki-laki homoseksual di Los Angeles, tetapi kasus tersebut hanya sedikit memberi informasi tentang sumber penyakit ini. Sekarang ada bukti jelas bahwa AIDS disebabkan oleh virus yang dikenal dengan HIV. Jadi untuk menemukan sumber AIDS kita perlu mencari asal-usul HIV.
Asal-usul HIV bukan hanya menyangkut masalah akademik, karena tidak hanya memahami dari mana asal virus tersebut tetapi juga bagaimana virus ini berkembang menjadi penting sekali untuk mengembangkan vaksin HIV dan pengobatan yang lebih efektif. Juga, pengetahuan tentang bagaimana epidemi AIDS timbul menjadi penting dalam menentukan bentuk epidemi di masa depan serta mengembangkan pendidikan dan program pencegahan yang efektif.

B.     PENYEBAB / ETIOLOGI
AIDS disebabkan oleh HIV (  Human Immunodeficiency Virus ). HIV merupakan virus yang merusak sel darah putih sehingga system kekebalan tubuhpun rusak. HIV adalah bagian dari keluarga atau kelompok virus yang disebut lentivirus. Lentivirus seperti HIV ditemukan dalam lingkup luas primata non-manusia. Lentivirus yang lain, diketahui secara kolektif sebagai virus monyet yang dikenal dengan SIV (simian immunodeficiency virus).
Sekarang secara umum diterima bahwa HIV merupakan keturunan dari SIV. Jenis SIV tertentu mirip dengan HIV-1 dan HIV-2, dua tipe HIV.Sebagai contoh, HIV-2 dapat disamakan dengan SIV yang ditemukan pada monyet sooty mangabey (SIVsm), kadang-kadang dikenal sebagai monyet hijau yang berasal dari Afrika barat.
HIV dapat ditularkan melalui berbagai cara, yaitu:
a.       Melalui hubungan seks dengan orang yang sudah terinfeksi, tanpa menggunakan kondom.
b.      Melalui jarum suntik yang tercemar ( terutama para pemakai narkotika suntik ).
c.       Melalui transfusi darah yang tercemar
d.      Dari ibu ke anak, dimana sang ibu telah terinfeksi

  1. Penularan melalui hubungan seks
Dalam hal ini, hubungan seks yang dimaksud adalah tanpa menggunakan pelindung dengan penderita. Pada hubungan seks ini, terjadi kontak intim dengan darah, semen / getah vagina orang tersebut sehingga viruspun dapat masuk kedalam tubuh melalui alat kelamin. Sedikit darah, dapat dipindahkan dari seorang kepada yang lain selama kontak seksual.
Berhubungan seksual melalui dubur / anus adalah cara yang mudah mendapat AIDS, hal ini dapat terjadi karena dinding anus sering terluka ketika berhubungan, dan kuman dengan mudah masuk ke peredaran darah melalui luka tersebut. Karena virus ini terdapat pada sel – sel dinding rectum, maka kuman dengan mudah mengenai penis. Luka yang kecil pada penis dapat meningkatkan resiko infeksi.
Seks mulut ( oral sex ) dengan penderita AIDS pun dapat membawa resiko penularan virus. Luka kecil saja pada daerah mulut, dapat menyebabkan masuknya virus ini ke dalam peredaran darah.

  1. Penularan melalui jarum suntik yang tercemar
Penggunaan jarum suntik atau alat injeksi secara berulang – ulang adalah cara lain masuknya HIV dalam tubuh. Pada kasus ini, sering terdapat sedikit darah yang tertinggal  pada jarum atau alat injeksi setelah dipakai. Hal inilah yang membawa resiko penularan kepada orang lain. Jarum suntik ini akan memasukan darah yang terinfeksi HIV kedalam aliran darah orang lain yang memakainya dan kejadian ini biasanya terjadi pada pemakai atau pengkonsumsi narkotika yang mengunakan jarum suntik.

  1. Penularan melalui transfusi darah yang tercemar
Transfusi darah menjadi bagian dari tindakan medis guna memenuhi permintaan darah yang meningkat. Di beberapa Negara seperti Amerika Serikat, para pendonor darah selalu dibayar. Namun sering terjadi kesalahan, dimana darah yang disumbangkan mengandung virus. Hal inilah yang kemudian berdampak negative bagi resipient.

  1. Penularan dari ibu ke anak
Penularan dari ibu ke anak dapat terjadi jika sang ibu terinfeksi HIV. Penularan terjadi baik sebelum persalinan, maupun setelah persalinan. Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi in utero selama minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat persalinan. Bila tidak ditangani, tingkat transmisi antara ibu dan anak selama kehamilan dan persalinan sebesar 25%. Namun demikian, jika sang ibu memiliki akses terhadap terapi antiretroviral dan melahirkan dengan cara bedah caesar, tingkat transmisi hanya sebesar 1%. Sejumlah faktor dapat memengaruhi risiko infeksi, terutama beban virus pada ibu saat persalinan (semakin tinggi beban virus, semakin tinggi risikonya). Menyusui meningkatkan risiko transmisi sebesar 10-15%. Risiko ini bergantung pada faktor klinis dan dapat bervariasi menurut pola dan lama menyusui.
Penelitian menunjukkan bahwa obat antiretroviral, bedah caesar, dan pemberian makanan formula mengurangi peluang transmisi HIV dari ibu ke anak. Jika pemberian makanan pengganti dapat diterima, dapat dikerjakan dengan mudah, terjangkau, berkelanjutan, dan aman, ibu yang terinfeksi HIV disarankan tidak menyusui anak mereka. Namun demikian, jika hal-hal tersebut tidak dapat terpenuhi, pemberian ASI eksklusif disarankan dilakukan selama bulan-bulan pertama dan selanjutnya dihentikan sesegera mungkin. Pada tahun 2005, sekitar 700.000 anak di bawah umur 15 tahun terkena HIV, terutama melalui transmisi ibu ke anak; 630.000 infeksi di antaranya terjadi di Afrika. Dari semua anak yang diduga kini hidup dengan HIV, 2 juta anak (hampir 90%) tinggal di Afrika Sub Sahara.

C.     TANDA DAN GEJALA
a.      Tanda – Tanda AIDS
Stadium 1           :virus masuk kedalam tubuh  dan bersembunyi. Pada keadaan ini orang tersebut tampak sehat ( tanpa sakit ) namun dapat menularkan virus ke orang lain. infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS (Stadium awal infeksi HIV).

Stadium 2           :tes darah positif, tanpa sakit tetapi dapat menularkan virus ke orang lain. termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran pernafasan atas yang berulang (Stadium tanpa gejala).

Stadium 3           :gejala penyakit mulai tampak termasuk, diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberculosis (Stadium ARC (AIDS Related complex)).

Stadium 4           :pengaruh virus terhadap sistem kekebalan tubuh dapat menimbulkan penyakit hebat, diantaranya adalah pneumonia, infeksi – infeksi lain, kanker, dan kerusakan otak. termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS (Stadium AIDS).
b.      Gejala – Gejala AIDS
Gejala AIDS merupakan hasil dari kondisi yang umumnya tidak akan terjadi pada individu dengan sistem kekebalan yang sehat. Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, fungi dan parasit yang dalam keadaan normal bisa dikendalikan oleh elemen sistem kekebalan yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita HIV AIDS mempengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma.
Gejala AIDS yang umumnya dapat kita lihat atau merasakan secara langsung yakni:
1.      Rasa lelah berkepanjangan
2.      Sesak napas dan betuk berkepanjangan
3.      Berat badan turun secara drastis
4.      Pembesaran kelenjar ( di leher, ketiak, lipatan paha ) tanpa sebab yang jelas
5.      Bercak merah kebiruan pada kulit
6.      Sering demam ( lebih dari 38 0 C ) disertai keringat malam
7.      Diare lebih dari 1 bulan

D.    PENANGANAN
Sampai saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV atau AIDS. Metode satu-satunya yang diketahui untuk pencegahan didasarkan pada penghindaran kontak dengan virus atau, jika gagal, perawatan antiretroviral secara langsung setelah kontak dengan virus secara signifikan, disebut post-exposure prophylaxis (PEP). PEP memiliki jadwal empat minggu takaran yang menuntut banyak waktu. PEP juga memiliki efek samping yang tidak menyenangkan seperti diare, tidak enak badan, mual, dan lelah.
 Penanganan untuk infeksi HIV terdiri dari terapi antiretroviral yang sangat aktif (highly active antiretroviral therapy), HAART. Terapi ini telah sangat bermanfaat bagi orang-orang yang terinfeksi HIV sejak diperkenalkan pada tahun 1996 setelah ditemukannya HAART yang menggunakan inhibitor protease. Pilihan terbaik HAART saat ini mencakup kombinasi dari paling sedikit tiga obat yang berasal dari paling sedikit dua jenis, atau "kelas" agen anti-retroviral. Kombinasi yang umum digunakan terdiri dari dua nucleoside analogue reverse transcriptase inhibitor (atau NRTI) ditambah dengan protease inhibitor atau non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI). Karena penyakit HIV pada anak-anak lebih deras daripada pada orang dewasa, parameter laboratorium sedikit prediktif tentang jalannya penyakit, terutama untuk anak muda, rekomendasi perawatan lebih agresif untuk anak-anak daripada untuk orang dewasa. Di negara-negara berkembang tempat HAART ada, dokter mengakses beban virus, kecepatan pada berkurangnya CD4 dan kesiapan pasien sementara memilih ketika untuk merekomendasikan perawatan segera.
Berbagai bentuk pengobatan alternatif digunakan untuk menangani gejala atau mengubah aliran penyakit. Pada dekade awal epidemik ketika tidak ada penanganan berguna yang ada, jumlah besar orang dengan AIDS dicoba dengan terapi alternatif. Definisi "terapi alternatif" pada AIDS telah berubah sejak waktu itu, lalu, frase itu sering merujuk pada penanganan komunitas, belum dicoba oleh pemerintah atau penelitian perusahaan farmasi, dan beberapa berharap akan secara langsung menekan virus atau menstimulir sistem imun melawannya. Contoh obat alternatif yang diharapkan dapat mengurangi gejala atau menambah kualitas hidup termasuk urut, manajemen stres, obat jamu dan bunga seperti boxwood, dan akupunktur. Ketika menggunakan penanganan biasa, banyak yang merujuk kepadanya sebagai penanganan "saling melengkapi". Meskipun penyebaran penggunaan obat saling melengkapi dan alternatif oleh orang yang hidup dengan HIV/AIDS, belum ada hasil efektif dari terapi-terapi ini.
Karena kita tahu bahwa sampai saat ini tidak ada obat yang efektif untuk penyakit AIDS/HIV ini, seharusnyalah kita sadar bahwa upaya efektif yang bisa kita lakukan untuk mengantisipasi masalah ini adalah pencegahan. Dengan menghindari penyebaran virus HIV, dengan cara menjauhi gaya hidup yang menyebabkan penyebaran HIV, masalah ini akan bisa diatasi. Sebaliknya jika kita lalai dan tidak acuh terhadap perilaku yang menularkan virus HIV, masalah ini tidak akan bisa diatasi.

E.     PENCEGAHAN
Meskipun belum ada obat AIDS, namun ada beberapa cara untuk mencegah penularan penyakit HIV AIDS, yakni:
a.       Melakukan hubungan seks dengan pengaman ( kondom )
b.      Tidak berganti – ganti pasangan dalam berhubungan seks
c.       Membatasi kontak langsung atau berhubungan intim dengan penderita AIDS
d.      Pencegahan kontak darah, misalnya pencegahan terhadap penggunaan jarum suntik berulang – ulang.
e.       Pemerintah Amerika Serikat dan berbagai organisasi kesehatan menganjurkan Pendekatan ABC untuk menurunkan risiko terkena HIV melalui hubungan seksual:
Abstinence or delay of sexual activity, especially for youth (berpantang atau menunda kegiatan seksual, terutama bagi remaja),
Being faithful, especially for those in committed relationships (setia pada pasangan, terutama bagi orang yang sudah memiliki pasangan),
Condom use, for those who engage in risky behavior (penggunaan kondom, bagi orang yang melakukan perilaku berisiko).

Ada pula rumusan pendekatan ABC ini dalam bahasa Indonesia, yaitu:
Anda jauhi seks,
Bersikap saling setia dengan pasangan,
Cegah dengan kondom.
Namun demikian, banyak yang mengkritik pendekatan ABC karena individu yang setia namun pasangannya tidak setia berisiko terkena HIV, sementara diskriminasi terhadap perempuan sangatlah besar dan perempuan tidak dapat bersuara dalam hampir setiap sektor kehidupan mereka. Program lainnya lebih mempromosikan penggunaan kondom. Misalnya, kondom merupakan bagian utama pada Pendekatan CNN:
Condom use, for those who engage in risky behavior (penggunaan kondom, bagi orang yang melakukan perilaku berisiko),
Needles, use clean ones (jarum, gunakan jarum yang bersih),
Negotiating skills; negotiating safer sex with a partner and empowering women to make smart choices (kemampuan negosiasi; menegosiasikan seks yang lebih aman dengan pasangan dan memberdayakan perempuan agar dapat memilih dengan bijak).

Kesalahpahaman HIV dan AIDS
Beberapa kesalahpahaman telah terjadi tentang HIV/AIDS. Terdapat tiga kesalahpahaman yang paling umum terjadi, yaitu:
a.       AIDS dapat menyebar melalui kontak sehari-hari seperti berjabat tangan dengan orang yang sudah terinfeksi HIV AIDS, duduk berdampingan atau berpelukan.
b.      Hubungan seksual dengan perawan akan menyembuhkan AIDS,
c.       HIV hanya dapat menginfeksi laki-laki homoseksual dan pemakai narkoba.
Kesalahpahaman lainnya adalah bahwa seks anal antara laki-laki homoseksual dapat menyebabkan infeksi AIDS, dan membuka diskusi homoseksualitas dan HIV di sekolah menyebabkan meningkatnya homoseksual dan AIDS.

F.      DATA PENDERITA HIV AIDS
Situasi ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) di dunia sampai dengan desember 2006 adalah sbb:
a.       Total ODHA sampai dengan tahun 2006 42,5 juta dan total yang meninggal 25 juta.
b.      Jumlah infeksi baru sepanjang tahun 2006 sebanyak 4,3 juta
c.       Jumlah meninggal tahun 2006 sebanyak 2,9 juta
Setiap harinya orang yang terinfeksi bertambah 14.000, separuh dari jumlah itu adalah remaja berusia 15 – 24 tahun

Komulatif HIV AIDS di Indonesia Periode Januari – 31 Maret 2008
Kasus
Jumlah
HIV
64
AIDS
727
Total HIV AIDS
791
meninggal
121

Komulatif  HIV AIDS Sejak 1 Juli 1987 – 31 Maret 2008
Kasus
Jumlah
HIV
6.130
AIDS
11.868
Total
17.998
Meninggal
2.486

Distribusi Kasus AIDS Menurut Faktor Resiko
No
Faktor Resiko
AIDS
1.
Hetero seksual
5.079
2.
Homo-Biseksual
451
3.
IDU (Injecting Drug User)
5.834
4.
Transfusi Darah
10
5.
Transmisi Perinatal
202
6.
Tidak diketahui
297

Distribusi Kasus AIDS Menurut Golongan Umur
Golongan Umur
AIDS
AIDS IDU
(Injecting Drug User)
< 1 Tahun
55
0
1 – 4
114
0
5 – 14
42
3
15 – 19
387
110
20 – 29
6.364
3.976
30 – 39
3.298
1.383
40 – 49
936
199
50 – 59
243
30
> 60
58
12
Tidak diketahui
371
121


Perkembangan kasus HIV AIDS  di Propinsi NTT sejak pertama kali dilaporkan pada tahun 1997 terus mengalami peningkatan yang signifikan, baik dari segi jumlah kasus maupun dari segi cara penularan. Faktor penyebab meningkatnya jumlah kasus  HIV AIDS di propinsi NTT antara lain disebapkan karena banyaknya praktek hubungan seks tidak aman, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, terdapat praktik kebiasaan masyarakat yang beresiko tinggi terhadap penularan IMS dan HIV AIDS seperti sunat dan sifon, dan mobilitas penduduk yang tinggi.

PERKEMBANGAN KASUS HIV & AIDS DI NTT BERDASARKAN KABUPATEN
PERIODE 1997 – 13 DESEMBER 2007
No
Kabupaten/Kota
HIV
AIDS
Total
Meninggal
1.
Kota Kupang
62
40
102
21
2.
Belu
57
17
74
20
3.
Sikka
9
41
50
15
4.
Ngada
4
14
18
8
5.
TTU
11
4
18
8
6.
Flotim
2
9
11
7
7.
Manggarai
5
4
9
1
8.
Alor
3
5
8
5
9.
TTS
0
8
8
8
10.
Ende
0
7
7
2
11.
Lembata
2
4
6
2
12.
Manggarai Barat
2
1
3
1
13.
Kupang
2
1
3
1
14.
Sumba Barat
0
2
2
2
15.
Sumba Timur
0
1
1
0
16.
Rote Ndao
0
0
0
0
Jumlah
159
158
317
95



Tidak ada komentar:

Posting Komentar